Kenaikan ini didorong oleh permintaan yang lebih tinggi untuk tepung terigu dan pakan ternak, menurut seorang pejabat senior industri pada hari Selasa.
“Kami melihat adanya pertumbuhan dalam konsumsi tepung terigu dan pakan dengan asumsi kondisi normal,” kata Franciscus Welirang, Ketua Asosiasi Produsen Tepung Indonesia, kepada Reuters di sela-sela sebuah konferensi industri di Jakarta. Indonesia, yang umumnya membeli gandum dari Australia, Kanada, AS, dan kawasan Laut Hitam, dihadapkan pada dinamika pasar global yang berubah-ubah.
Tahun ini, konsumsi tepung di negara tersebut diperkirakan akan naik sekitar 5% dari tahun 2023. Sementara itu, para pembeli biji-bijian di Indonesia meningkatkan impor gandum berkualitas lebih rendah, menyusul penurunan produksi jagung tahun lalu yang dipicu oleh kekeringan parah akibat fenomena cuaca El Nino, yang memperketat pasokan pakan ternak di dalam negeri.
Kapal yang mengangkut biji-bijian dan komoditas lainnya dialihkan dari Terusan Suez untuk berlayar melalui Cape of Good Hope karena kekhawatiran tentang serangan terhadap kapal di Laut Merah. “Ada risiko tinggi dalam pengangkutan melalui Laut Merah,” ujar Welirang. “Ini harus berlayar ke selatan, sehingga akan memakan waktu lebih lama, dan biaya pengiriman yang lebih tinggi.”
Keputusan untuk mengalihkan jalur pengiriman ini tentu membawa dampak pada biaya dan efisiensi logistik, menambah tantangan bagi industri gandum Indonesia yang sudah berusaha mengatasi ketidakpastian pasokan global.
Dengan meningkatnya konsumsi gandum di Indonesia, negara ini berusaha memastikan ketersediaan pasokan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, sambil juga memperhatikan aspek keberlanjutan dan efisiensi biaya. Peningkatan impor gandum ini bukan hanya tentang memenuhi permintaan pasar tetapi juga tentang navigasi kompleksitas rantai pasokan global yang semakin terintegrasi namun rentan terhadap gangguan.
Ketergantungan pada impor gandum menyoroti pentingnya diversifikasi sumber dan strategi pengelolaan risiko untuk menghadapi tantangan pasar dan cuaca global. Upaya ini bukan hanya untuk memastikan pasokan tepung terigu dan pakan ternak tetapi juga untuk menjaga stabilitas harga di pasar domestik di tengah fluktuasi harga global.
Di masa depan, Indonesia mungkin perlu mengeksplorasi lebih lanjut opsi-opsi untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional, termasuk pengembangan produksi pangan domestik dan kerjasama internasional untuk memastikan akses terhadap pasokan gandum yang berkelanjutan dan terjangkau. Dengan cara ini, Indonesia tidak hanya bisa mengatasi tantangan impor gandum tetapi juga memperkuat posisinya dalam jaringan pangan global.